Ini Dia 2 'Raksasa' Penguasa Kedelai Impor di Indonesia
Rista Rama Dhany - detikfinance
Senin, 30/07/2012 13:36 WIB
Browser anda tidak mendukung iFrame
Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengungkapkan ada 2 perusahaan importir kedelai yang menjadi penguasa kedelai impor.
Ketua
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Tajuddin Noer Said, mengatakan 2
perusahaan penguasa impor itu adalah PT Gerbang Cahaya Utama (GCU) dan
PT Cargill Indonesia.
"Ada dua perusahaan besar (importir
kedelai) yang menguasai pasokan kedelai ke dalam negeri, yakni PT
Gerbang Cahaya Utama dan Cargill Indonesia," kata Tajuddin di Kantor
KPPU Pusat, Jl Veteran, Senin (30/7/2012).
Dikatakan Tajuddin,
berdasarkan data KPPU pada 2008, besaran pasokan kedelai kedua
perusahaan tersebut mencapai 74,66% . Hal ini bisa disimpulkan jika
melihat dari perspektif ilmu ekonomi sudah masuk katagori oligopoli.
"Dimana
berdasarkan data KPPU, GCU menguasasi pasar impor kedelai dalam negeri
mencapai 47% dan Cargill mencapai 28%," ungkapnya.
Sementara
pengusaha impor kedelai lainnya pada 2008 diantatanya PT Citra Bakhti
Mulia sebesar 4% dan PT Alam Agriasi Perkasa sebesar 10%.
"Memang
jika digabungkan kedua pengusaha pasar tersebut penguasaan mereka hanya
74,66% jika berdasarkan peraturan praktek kartel oleh dua pengusaha
minimal mencapai 75%, tetapi bukan hitung-hitungan persen yang KPPU
soroti, tetapi seberapa besar kegiatan atau konsentrasi pasar keduanya
mempengaruhi harga dan bahkan merugikan orang banyak," jelasnya.
Apalagi dirinya sangat yakin data 2008 tersebut jika dilihat saat ini angkanya jauh lebih besar lagi.
"Itu
2008, kalau sekarang angkanya lebih ngeri lagi walaupun KPPU sendiri
untuk data terakhir (2012) belum punya, tapi kami yakin dan menduga
telah terjadi prakter Kartel terkait kenaikan harga kedelai yang
mencapai 100% tersebut," tandasnya.
Sekedar diketahui, kebutuhan
terhadap kedelai di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan,
tercatat kebutuhan kedelai pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 2,2 juta
ton dibandingkan kebutuhan tahun 2011 sebesar 2,16 juta ton.
Dari
kebutuhan tersebut rata-rata yang mampu dipenuhi oleh kebutuhan dalam
negeri sekitar 25-30%, sementara sisanya diperoleh dari berbagai negara
melalui mekanisme impor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2011 produksi kedelai lokal hanya sebesar 851.286 ton atau
29% dari total kebutuhan. Sehingga Indonesia harus impor kedelai
sebanyak 2.087.986 ton untuk memenuhi 71% kebutuhan kedelai dalam
negeri.
"Dengan demikian ketergantungan Indonesia terhadap
kedelai impor sangat besar dan sangat berpengaruhi terhadap fluktuasi
harga," tandasnya.