Sabtu, 30 Maret 2013

Fortifikasi dan SNI Garam

KONSUMEN MASIH REMEHKAN GARAM
Drs. Oman Yanto, MM sedang menyampaikan materi pada Rakor GAKY Tk. Kabupaten.

Butuh edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat (konsumen) agar memahami bahwa betapa pentingnya garam dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari 6-10 gram dibutuhkan garam oleh setiap tubuh seseorang. Namun demikian keberadaan garam di pasaran menurut data Dinas Kesehatan sekitar 34% saja yang memenuhi syarat berarti 66% justru tidak memenuhi syarat. Ini yang sangat mengkhawatirkan karena falsafah masyarakat makan garam asal asin merupakan pemahaman yang sangat keliru dan membahayakan. Diantara indikasi kekurangan garam yodium adalah penyakit gondok, kretin (cebol), dan lainnya. Garam merupakan senyawa kimia yang mengandung natrium klorida, senyawa air, magnesium, kalsium dan sulfat. Karena pentingnya garam bagi tubuh manusia maka pemerintah mewajibkan fortifikasi garam berupa yodium. Fortifikasi artinya menitipkan bahan tertentu yang dibutuhkan agar bisa memenuhi kandunggan sesuai kebutuhan yang diharapkan. Oleh karena itu maka garam yang diedarkan wajib fortifikasi yodium yang kandunganya mencapai antara 30-80 ppm. Bagi produsen garam tentunya harus melakukan fortifikasi terhadap garam yang diedarkan dipasaran. Walaupun Wonosobo tidak memiliki produsen garam karena tidak memiliki laut, sementara ini garam Wonosobo dimungkinan dipasok dari Pati, Rembang dan Semarang. Namun tentu banyak pedagang yang menjual garam dipasaran. Selain wajib fortifikasi yodium, garam juga harus standar artinya harus ada label SNI (Standar Nasional Indonesia). Apabila keuda hal tersebut tidak dipenuhi maka termasuk pelanggaran terhadap Undan-undang Kesehatan dan Undang-undang Perlindungan Konsumen sehingga pelaku usaha (produsen maupun pedagang) bisa dihukum pidana. Demikian materi ini saya sampaikan pada peserta  Rakor Gangguan Akibat Kekurangan Yodium yang terdiri dari Petugas Kesehatan Puskesman se-Wonosobo, Tim GAKY Kabupaten, PKK dan SKPD terkait yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo di Resto Ongklok Bima Plaza Jalan Bugangan No. 60 pekan kemarin. (Drs. Oman Yanto, MM : Kasi Distribusi dan PK)  
  

Jumat, 29 Maret 2013

Solar Subsidi

KONSUMEN DIMINTA HEMAT BBM


Guna Hindari Kelangkaan Akibat Terbatasnya Pasokan.
 Belakangan ini hampir disetiap daerah termasuk di Wonosobo terjadi kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak) khususnya jenis solar PSO (Public Service Obligation) atau yang lebih dikenal masyarakat adalah solar subsidi pada hari jumat kemarin terjadi antren panjang truk-truk di beberapa SPBU Bahkan berdasarkan pantauan Disperindag pada hari tersebut di 9 SPBU terjadi kekosongan Bio Solar. Jenis solar subsidi ini tersedia disemua SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang disebut Bio Solar dalam bentuk curah. Terjadinya kelangkaan akibat tingginya permintaan kebutuhan padahal kuota tahun ini lebih rendah dari realiasi tahun lalu. Akibatnya terjadi sedikit kelangkaan sehingga bisa mengganggu aktivitas kegiatan perekonomian khususnya pendistribusian barang dari sentra distribusi ke distributor atau agen-agen di seluruh wilayah yang telah ditunjuk. Padahal sudah dipastikan tiap tahun kendaraan selalu bertambah sehingga konsumsi kebutuhan BBM juga akan terus meningkat. Akibat kelangkaan ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan melakukan rapat koordinasi dengan institusi lain  terkait perlunya peninjauan ulang rekomendasi untuk jenis solar subsidi. Pemberian rekomendasi terhadap solar subsidi untuk dijual kembali harus dihentikan karena rawan untuk disalah gunakan. Namun bagi pelaku usaha mikro yang menggunakan jenis solar ini tetap dilayani langsung oleh SPBU setelah mengantongi surat rekomendasi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah karena secara hukum dibenarkan berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2012 sebagai konsumen pengguna dalam skala mikro. Disamping perlu pengetatan dalam penggunaan BBM jenis solar subsidi ini juga sebagai konsumen pengguna agar memanfaatkan BBM sesuai kebutuhan saja sehingga apabila tidak dianggap penting gunakanlah kendaraan lain apakah sepeda motor atau berjalan kaki bila masih terjangkau. Jangan sampai masyarakat termanjakan dengan tersedianya fasilitas sehingga jarak 100 meter aja harus naik kendaraan.
(Drs. Oman Yanto, MM : Kasi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Bidang Perdagangan).
 

Rabu, 27 Maret 2013

Sosialisasi Mutu Produk

PRODUK LOKAL PERLU DESAIN KEMASAN


Dibutuhkan inovator dalam membuat kemasan sehingga informatif, ergonomik (mudah dibawa), estetis (daya tarik visual). Desain yang menarik akan menjadi daya tarik konsumen untuk membeli suatu produk. Jangan sampai membuat kemasan asal-asalan karena produknya laku. Sebab semakin menarik kemasan yang dibuat tentu akan semakin besar daya tarik konsumen untuk memiliki produk tersebut. Demikian yang disampaikan oleh Pratama Yoga, S.Sos dari Fungsional Penyuluh Balai Sumber Daya Manusia Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah di Semarang dalam Acara SOSIALISASI STANDARISASI MUTU PRODUK PERDAGANGAN di Resto Ongklok Bima Plaza Jalan Bugangan No. 60 Wonosoboo pada hari Selasa tanggal 26 Maret 2013. Sementara Senen Nur Hidayat, ST, M.Si Kepala Pengujian Mutu Barang dari Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah di Surakarta mengatakan bahwa walaupun produk lokal belum mandatory (wajib) untuk dilakukan standar khususnya komoditi makanan minuman lokal agar di standarisasi, walaupun sifat voluntary (sukarela) karena akan meningkatkan daya saing terlebih dengan dibukanya   kran perdagangan bebas seperti : GATT, SEM, NAFTA, AFTA dan CAFTA. Sekarang ini sudah banyak produk impor yang masuk pasar domestik termasuk Wonosobo seperti produk makanan minuman  terlebih produk barang lainnya.Namun hal ini tidak perlu dikhawatirkan apabila kita komitmen dan konsisten untuk meningkatkan standar mutu produk perdagangan kita. Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo Drs. Eko Yuwono dalam sambutannya mengatakan bahwa produk lokal kita memiliki potensi untuk dikembangkan bukan hanya ditingkat kabupaten, namun juga luar daerah bahkan sampai ke luar negeri (ekspor). Oleh karena itu Dinas Perindag mengadakan kegiatan ini dalam rangka mengenalkan lembaga Balai SDM dan BPSMB yang keduanya milik Dinas Perindagprov. Disamping itu juga perlunya wawasan bagi pelaku usaha khususnya yang bergerak dibidang makanan dan minuman untuk lebih memilki daya saing baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Kegiatan ini dipandu oleh Bambang Irianto, S.IP Kepala Bidang Perdagangan.
(Drs. Oman Yanto, MM : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Sosialisasi Standarisasi Mutu Produk Perdagangan).

Minggu, 24 Maret 2013

Pasokan Solar Subsidi

STOK SOLAR DI SEJUMLAH SPBU KOSONG

Stok solar subsidi pada hari minggu ini memang hampir disemua SPBU terjadi kekosongan berdasarkan pantauan Disperindag pada siang ini setelah adanya beberapa aduan dari konsumen langsung meninjau beberapa SPBU. Seperti di SPBU Kedalon Kalikajar, SPBU Siyono Kertek, SPBU Ngasinan dan SPBU Sidojoyo serta SPBU Sapen Wonosobo, SPBU Selokromo Leksono terjadi kekosongan. Adanya kekosongan disejumlah SPBU dikarenakan kuota tahun ini berkurang dari realisasi tahun 2012 lalu. Namun Pertamina tetap menyediakan Pertamina dex dalam bentuk kemasan disemua SPBU dan solar non subsidi di SPBU 44.563.08 Sidojoyo yang telah ditunjuk. Dalam pengendalian solar subsidi pemerintah telah memberlakukan sejak 1 Maret 2013 dimana kendaraan plat merah, pertambangan dan perkebunan tidak boleh lagi menggunakan solar subsidi kecuali yang memang masih diperbolehkan sesusai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1 Tahun 2013.  Namun demikian untuk lebih jelasnya bisa langsung menghubungi pihak pertamina agar lebih akurat.
 

Minggu, 17 Maret 2013

Standarisasi Mutu Produk

PRODUK LOKAL PERLU DISTANDARISASI 

Tim Disperindagprov dan Disperindag Wonosobo ketika meninjau home industri pengolahan kripik kentang dan carica.

GUNA MENINGKATKAN DAYA SAING DENGAN PRDUK IMPOR

Gencarnya arus distribusi barang yang beredar di pasaran khususnya membanjirnya produk impor menjadi tantangan berat bagi produk domestik.khususnya home industri (industri rumah tangga). Terlebih dengan dibukanya kran ACFTA (ASEAN China Free Trade Agreement) yaitu Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China yang telah diberlakukan sejak Januari 2010 maka kebijakan antar negara tersebut bisa bebas keluar masuk barang tanpa ada hambatan yang sifatnya diskriminatif. Hal ini menjadi perhatian serius bidang perdagangan. Untuk menanggulangi hal itu maka perlu adanya peningkatan kualitas barang yang dijual sesuai standar yang dibutuhkan pasar. Dengan kondisi seperti itu maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo bermaksud mengadakan "SOSIALISASI STANDARISASI MUTU PRODUK PERDAGANGAN" pada hari Selasa Tanggal 26 Maret 2013 bertempat di Resto Ongklok Jalan Dieng No. 60 Wonosobo.Adapun yang menjadi narasumber adalah dari Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Surakarta dan Balai Desain Kemasan Semarang. Kedua lembaga ini milik Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan narasumber dari Wonosobo adalah PT. Aqua Investama. Oleh karena itu kepada semua pelaku usaha seperti pembuat carica, kripik jamur, tahu, tempe dan berbagai usaha lainnya dapat mengikuti kegiatan secara gratis dengan mendaftar terlebih dahulu di sekretariat panitia Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo Jalan Ahmad Yani No. 26 Telepon 321024 Wonosobo KP 56314.
(Drs. Oman Yanto, MM : Kasi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Bidang Perdagangan).   

  

Rabu, 13 Maret 2013

Uji KOmoditi Hortikultura

KONSUMEN AGAR SELEKTIF MENGKONSUMSI BUAH

Dalam rangka melindungi konsumen dari kandungan residu pestisida jenis golongan organoklorin, golongan organophospat dan golongan karbomat, maka  Tim Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo pekan ini melakukan pengawasan terhadap komoditi hortikulutura jenis buah-buahan. Berbagai jenis buah-buahan yang beredar di pasaran sampai saat ini belum pernah diteliti apakah berbahaya atau tidak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu setelah melakukan pengawasan pada Grosir buah impor dan ritel modern, maka Tim melakukan pendataan dan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium uji yang telah memiliki serttifikasi yaitu di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang milik Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tenggah yang bertempat di Kota Surakarta hari ini Rabu tanggal 13 Maret 2013. Tim dipimpin langsung oleh Kasi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindag Drs. Oman Yanto, MM. Adapun jenis buah-buahan yang duji ada dua macam yaitu produk impor berupa kiwi, apel washington dan pear, sedangkan produk domestik (lokal) berupa jambu biji, semangka dan apel malang. Jadi semuanya enam jenis buah-buahan. Hasil uji ini akan diketahui sekitar 17-21 hari kedepan. Tentunya agar masyarakat paham hasilnya akan kami publikasikan baik itu negatif maupun positif mengandung residu pestisida. Kedepan tentunya akan kami harapkan bisa lebih banyak lagi komoditi hortikultura seperti jenis sayuran juga sangat rawan terindikasi mengandung residu pestisida. Kegiatan ini tentunya perlu juga dukungan dari semua pihak terutama kalangan legislatif yang selama ini telah mengalokasikan untuk biaya uji laboratorium khususnya dan kegiatan pengawasan baran beredar pada umumnya. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak baik itu petani lokal maupun pedagang agar senantiasa mempehatikan aspek K3 guna melindungi konsumen dari bahan-bahan berbahaya.
Tim Disperindag sedang mendata buah impor di sebuah grosir buah.

Sabtu, 09 Maret 2013

Kebutuhan LPG Meningkat

KEBUTUHAN LPG 3KG TERUS MENINGKAT
Tim Gabungan Pemkab dan Pertamina Cek Pangkalan LPG 3 Kg di Sawangan.


Kebutuhan LPG 3Kg terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang keamanan penggunaan gas. Hasil pantauan Tim Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo sejak tanggal 3 Januari sampai dengan Februari dan awal bulan Maret 2013 ini adanya tren menaik terus akan kebutuhan LPG 3 Kg. Di Pangkalan Toko Dewi milik Edy Hermanto RT 03 RW 07 Sawangan Kecamatan Leksono dari 200 tabung yang dimiliki hanya dipasok 70 tabung perhari. Di Pangkalan milik Arif RT 07 RW 04 Bumiroso Kecamatan Watumalang dari 430 tabung dipasok 40 tabung perhari. Toko milik Warno RT 01 RW 06 Welahan Kecamatan Watumalang dari 200 tabung yang dimiliki dipasok 33 tabung perhari. di Pangkalan milik Haryono Kecamatan Wadaslintang dari 120 tabung dipasok  30-35 tabung perhari. Pangkalan milik Sumpeno Desa Ngadisono Kecamatan Kaliwiro dari 150 tabung yang dimiliki dipasok 30-35 perhari. Di Pangkalan milik Hasyim Ngabdul RT06 RW 02 Desa Balekambang Kecamatan Selomerto dari 300 tabung yang dimiliki dipasok 100 tabung perhari. Di Pangkalan milik Munimah Komplek Pasar Selemerto dari 200 tabung yang dimiliki dipasok 40 tabung perhari. Pangkalan El Sairoji milik Upat Jalan Jawar Kecamatan Mojotengah dari 400 tabung yang dimiliki dipasok 90 tabung perhari.Di Pangkalan milik Kholik Jalan Raya Dieng Kecamatan Garung dari 180 tabung dipasok 30-50 tabung perhari. Pangkalan milik Muhtarudin Jalan Raya Dieng Kecamatan Garung dari 150 tabung dipasok 33 tabung perhari.
Sementara di Pangkalan milik Muhammad Fanani Desa Tieng Kecamatan Kejajar dari 800 tabung dipasok 100 tabung perhari. Pangkalan milik Santoso di Desa Dieng Kecamatan Kejajar dari 150 tabung dipasok 33 tabung perhari. Bahkan di Desa yang cukup jauh daerah perbatasan tepaatnya di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar belum ada pangkalan sama sekali yang ada baru pengecer sebanyak 3 orang. Seperti Pengecer Ibnu dari tabung yang dimiliki 87 dipasok sejumlah itu selama 2 minggu sekali. Pengecer Gunawan dari 40 tabung yang ada di pasok sejumlah itu selama 2 minggu sekali. Melihat realitas dilapangan memang terjadi permintaan yang cukup tinggi dari seluruh pangkalan yang ada di Wonosobo. Sementara semua Agen yang ada hanya menyalurkan sesuai kuota yang diberikan oleh Pertamina. Berdasarkan rekapitulasi laporan yang kami terima maka realisasi bulan Januari 2013 sebanyak 12.473 tabung perhari dan bulan Februari 2013 sebanyak 11.899 tabung perhari. Tingginya permitaan masyarakat ini berakibat kekosongan di tingkat pangkalan bahkan begitu datang dalam jangka waktu 1 jam sudah ada yang langsung habis dibeli oleh pengecer atau konsumen langsung. Tingginya permintaan ini diakibatkan oleh anomali cuaca yang tidak terkendali dimana sejak bulan Oktober 2012 terjadi hujan secara terus menerus sehingga berdampak pada penyerapan akan kebutuhan gas. Kemudian kesadaran masyarakat akan rasa aman terhadap penggunaan gas sehingga beralih dari kayu bakar ke gas. Ketiga secara ekonomis penggunaan gas lebih hemat daripada menggunakan kayu bakar. Permintaan yang tinggi ini akibatnya dipasaran LPG 3kg dirasa langka, namun ini terjadi pada Kabupaten/Kota lainnya.
(Drs. Oman Yanto, MM : Kasi Distribusi dan PK Bidang Perdagangan).