Jumat, 15 Juni 2012

Ekspor Kopi

EKSPOR KOPI MENURUN KARENA HARGA DOMESTIK TINGGI

Terjadi tren penurunan volume ekspor komoditi kopi Indonesia saat ini disebabkan beberapa faktor. Pertama produksi dalam negeri menurun karena anomali cuaca. Kedua pola panen kopi yang hanya 1 tahun sekali. Ketiga harga dalam negeri lebih mahal dari impor sehingga ada beberapa pelaku usaha yang melakukan impor walaupun dalam batas yang masih relatif kecil. Data 3 tahun terakhir pada Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) volumen ekspor menunjukan penurunan yaitu tahun 2009 : 478.025 ton, tahun 2010 : 447.494 ton dan tahun 2011 : 352.007 ton. Walaupun dari sisi nilai ekspor naik yaitu tahun 2009 :  US $ 806,66 juta, tahun 2010 : US $ 845,542 juta, dan tahun 2011 : US $ 1,064 Miliar akan tetapi perlu diwaspadai karena pangsa pasar akan diambil negara lain. Kecenderungan penurunan ini juga bukan hanya skala nasional, untuk tingkat regional Jawa Tengah juga menunjukan penurunan drastis sampai 71% sebagaimana dikemukakann oleh  AEKI Jateng. Terlebih bagi Wonosobo yang baru memiliki 1 eksportir yaitu PT. Wican International yang merupakan satu-satunya eksportir Penanam Modal Asing (PMA) yang terdaftar sebagai importir kopi. . Walaupun realisasi ekspor untuk wonosobo fluktuatif selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2009 : US $ 202.515, tahun 2010 : US $ 66.361 dan tahun 2011 US $ 160.710 dengan negara tujua Taiwan. Beberapa tahun kedepan diharapkan adanya Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) juga bisa andil dalam kegiatan importasi ini yang mampu menjadi eksportir kopi maupun komoditi lainnya. Banyaknya komponen biaya yang harus dikeluarkan oleh petani seperti; biaya tenaga kerja, biaya pemupukan, biaya penyediaan pestisida, biaya panen, dan biaya distribusi yang harus diperhitungkan sehingga tidak akan merugikan petani itu sendiri yang menyebabkan kurang kompetitif di tingkat dunia. Kemudian bagi tengkulak juga akan memperhitungkan ; harga beli, biaya tenaga kerja, biaya proses, biaya distirubusi, biaya overhead serta margin keuntungan. Panjangnya jalur distribusi menjadi petani tidak langsung menjual ke eksportir akibatnya keuntungan petani relatif kecil. Walaupun Indonesia merupakan negara ketiga ekspor ke Jerman, setelah Brazil dan Vietnam akan tetapi perlu mencari peluang lain seperti Timur Tengah misalnya karena negara-negara eropa masih terjadi krisis dan upaya recovery negrinya belum akan selesai dalam jangka waktu 2-3 tahun kedepan.
(Drs. Oman Yanto, MM : Ymt. Kasi Bina Usaha Perdagangan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah mengunjungi blog kami
Silahkan tinggalkan pesan Anda