Sabtu, 04 Agustus 2012

Tempe Tahu

You are here: Home Seputar Wonosobo Tuntut Pemerintah Selamatkan tempe Kemul

Tuntut Pemerintah Selamatkan tempe Kemul

E-mail Cetak PDF
e-wonosobo – Naiknya harga kedelai yang terus melambung membuat masyarakat semakin prihatin.Kemarin (26/7) Forum Pecinta Tempe Kemul (FPTK) Wonosobo gelar aksi keprihatinan di Halaman Masjid Al Mansyur. Mereka menyerukan agar pemerintah turun tangan menjaga stabilitas harga kedele tetap terjangkau. Karena apabila dibiarkan, krisis kedelai akan berdampak punahnya tempe kemul di pasaran sebagai makanan khas Wonosobo.
Aksi bertajuk, perjamuan terahir tempe kemul dihelat sore jelang  buka puasa. Acara diawali dengan diskusi mengenai politik pangan dengan narasumber Syarif Abdillah anggota Komisi B DPRD Wonosobo.
Dalam kesempatan itu, Syarif Abdillah mengatakan, bahwa melambungnya harga kedelai merupakan cermin dari ketidakmampuan negara menerapkan politik pangan. Kedelai sebagai kebutuhan dasar masyarakat mestinya pemerintah mampu melakukan pemetaan sumber kedele, sirkulasi hingga kebutuhan masyarakat.
“ Kelemahan pemerintah tidak mempunyai basis data yang kuat dalam perencanaan hingga situasi pasar,”katanya.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara agraris tidak perlu melakukan impor kedele dari Amerika apabila mempunyai sistem dalam menjaga ketahanan pangan. Namun karena tidak mempunyai perencanaan dan penanaman kemandirian terhadap masyarakat, yang terjadi impor. Saat hasil produksi negara importir tipis, masyarakat secara umum merasakan dampaknya.
“ Apalagi tempe dan tahu merupakan makanan pokok Indonesia,”katanya.
Sementara itu Haqqi Al Ansyari Ketua Forum Pecinta Tempe Kemul Wonosobo menegaskan, bahwa pemerintah harus ambil langkah cerdas dalam menyikapi masalah kenaikan kedele. Karena dampak dari krisis kedele akan dirasakan masyarakat Wonosobo terancam kehilangan makanan khas tempe kemul.
“ Kami menyerukan pemerintah segera ambil langkah agar harga kedele harganya terjangkau bagi masyarakat luas,”katanya.
Terpisah, Oman Yanto Pelaksana Harian Kepala Seksi Bina Usaha Perdagangan mengatakan, Pemerintah pusat perlu melakukan deregulasi bidang impor terkait semakin melambungnya harga kedelai yang merupakan bahan baku utama produksi tahu tempe.
“Tahu dan tempe merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia sehingga menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat,”katanya.
Saat ini industri tahu tempe digemparkan oleh melambungnya harga kedelai yang mencapai Rp 8.340 di Jakarta dan Rp 8.000 di Wonosobo per kilogram, padahal tempe tahu ini bukan adanya dijual di pasar tradisional akan tetapi sudah merambah pasar modern sekelas supermarket.
“Akibat tingginya harga kedelai mengancam eksistensi pengusaha tahu tempe mengalami kebangkrutan,” katanya.
Sementara untuk di Wonosobo sendiri ada 126 unit usaha industri tahu, 1238 unit usaha industri tempe sehingga total ada 1364 unit usaha dengan kebutuhan kedelai perbulan 385 ton industri tahu, dan 485 ton industri tempe atau total 870 ton per bulan untuk memenuhi kebutuhan usaha mereka atau sekitar 30 ton per hari.(rase)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah mengunjungi blog kami
Silahkan tinggalkan pesan Anda