You are here:
Tuntut Pemerintah Selamatkan tempe Kemul
e-wonosobo
– Naiknya harga kedelai yang terus melambung membuat masyarakat semakin
prihatin.Kemarin (26/7) Forum Pecinta Tempe Kemul (FPTK) Wonosobo gelar
aksi keprihatinan di Halaman Masjid Al Mansyur. Mereka menyerukan agar
pemerintah turun tangan menjaga stabilitas harga kedele tetap
terjangkau. Karena apabila dibiarkan, krisis kedelai akan berdampak
punahnya tempe kemul di pasaran sebagai makanan khas Wonosobo.
Aksi
bertajuk, perjamuan terahir tempe kemul dihelat sore jelang buka
puasa. Acara diawali dengan diskusi mengenai politik pangan dengan
narasumber Syarif Abdillah anggota Komisi B DPRD Wonosobo.
Dalam
kesempatan itu, Syarif Abdillah mengatakan, bahwa melambungnya harga
kedelai merupakan cermin dari ketidakmampuan negara menerapkan politik
pangan. Kedelai sebagai kebutuhan dasar masyarakat mestinya pemerintah
mampu melakukan pemetaan sumber kedele, sirkulasi hingga kebutuhan
masyarakat.
“ Kelemahan pemerintah tidak mempunyai basis data yang kuat dalam perencanaan hingga situasi pasar,”katanya.
Menurutnya,
Indonesia sebagai negara agraris tidak perlu melakukan impor kedele
dari Amerika apabila mempunyai sistem dalam menjaga ketahanan pangan.
Namun karena tidak mempunyai perencanaan dan penanaman kemandirian
terhadap masyarakat, yang terjadi impor. Saat hasil produksi negara
importir tipis, masyarakat secara umum merasakan dampaknya.
“ Apalagi tempe dan tahu merupakan makanan pokok Indonesia,”katanya.
Sementara
itu Haqqi Al Ansyari Ketua Forum Pecinta Tempe Kemul Wonosobo
menegaskan, bahwa pemerintah harus ambil langkah cerdas dalam menyikapi
masalah kenaikan kedele. Karena dampak dari krisis kedele akan dirasakan
masyarakat Wonosobo terancam kehilangan makanan khas tempe kemul.
“ Kami menyerukan pemerintah segera ambil langkah agar harga kedele harganya terjangkau bagi masyarakat luas,”katanya.
Terpisah,
Oman Yanto Pelaksana Harian Kepala Seksi Bina Usaha Perdagangan
mengatakan, Pemerintah pusat perlu melakukan deregulasi bidang impor
terkait semakin melambungnya harga kedelai yang merupakan bahan baku
utama produksi tahu tempe.
“Tahu dan tempe merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia sehingga menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat,”katanya.
Saat
ini industri tahu tempe digemparkan oleh melambungnya harga kedelai
yang mencapai Rp 8.340 di Jakarta dan Rp 8.000 di Wonosobo per kilogram,
padahal tempe tahu ini bukan adanya dijual di pasar tradisional akan
tetapi sudah merambah pasar modern sekelas supermarket.
“Akibat tingginya harga kedelai mengancam eksistensi pengusaha tahu tempe mengalami kebangkrutan,” katanya.
Sementara
untuk di Wonosobo sendiri ada 126 unit usaha industri tahu, 1238 unit
usaha industri tempe sehingga total ada 1364 unit usaha dengan kebutuhan
kedelai perbulan 385 ton industri tahu, dan 485 ton industri tempe atau
total 870 ton per bulan untuk memenuhi kebutuhan usaha mereka atau
sekitar 30 ton per hari.(rase)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih sudah mengunjungi blog kami
Silahkan tinggalkan pesan Anda