Butuh Inovator jadikan Batik Icon Domestik
- Category: Kabar Wonosobo
- Published Date
- Written by HUMAS
- Hits: 8
Butuh inovator untuk menjadikan batik
sebagai icon domestik, mengngat belakangan ini batik menjadi kebanggaan
masyarakat Indonesia, setelah adanya kepedulian Pemerintah dengan
dijadikannya pakaian batik sebagai salah satu pakaian dinas yang wajib
digunakan pada hari-hari tertentu mulai tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, padahal beberapa tahun lalu batik dianggap sebagai
pakaian pinggiran yang dilihat sebelah mata oleh sebagian masyarakat
kita. Hal tersebut disampaikan oleh Kasi Distribusi dan Perlindungan
Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Oman Yanto, dalam rilisnya
ke Bagian Humas Setda Wonosobo, Jum’at, 5 Oktober 2012.
Menurutnya, Kebijakan Pemerintah ini
tentunya membawa angin segar bagi pelaku usaha batik khususnya industri
batik dalam negeri karena seringkali mendapat respon positif dalam
setiap moment-moment penting, seperti kegiatan pameran khusus batik,
festival batik, modeling dan beberapa kegiatan lain yang mendukung.
Terlebih setelah adanya pengakuan dari
organisasi kebudayaan dunia yaitu UNESCO sebuah badan organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengakui bahwa batik sebagai asli produk
bangsa Indonesia. Suatu hal yang patut disukuri dan dijadikan pemicu
untuk meningkatkan kualitas batik sebagai icon produk domestik.
Namun seiring dengan persaingan usaha di
tingkat dunia dengan dibukanya kran AFTA dan ACFTA maka batik produk
domestik harus berhadapan dengan produk impor, khususnya dari negeri
Tirai Bambu Cina, dimana harganya jauh lebih murah bila dibandingkan
dengan produk lokal. Kalau produk lokal dijual antara Rp 60.000 - Rp
90.000 sementara produk Tiongkok hanya Rp 35.000 - 45.000. Mahalnya
produk batik lokal dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pembuatannya, tenaga kerja dan kemampuan berinovasi dan berkreativitas,
khususnya kalangan home industri, yang tentunya masih perlu pembinaan
dan motivasi oleh lembaga yang kompeten.
Apabila home industri tidak memiliki
inovator dan kreator dalam rangka menciptakan model-model kontempores
tentu akan selalu ketinggalan dan mendapat persaingan produk impor yang
lebih menarik.
Diharapkan eksistensi industri batik
yang masih kecil dapat merubah pola kerja dengan menumbuhkan para
inovator dan kreator yang muncul dari berbagai kalangan termasuk dari
unsur perguruan tinggi dan sekolah-sekolah kejuruan khusus, yang dapat
mendorong tumbuhnya industri perbatikan di negeri ini.
Oman menambahkan, di Wonosobo sendiri
misalnya, dengan batik Talunombo Kecamatan Sapurannya, tentunya perlu
mendapat motivasi agar bisa lebih berkembang dari segi inovasi dan
kreasinya maupun dari segi kualitasnya agar tetap eksis dan tidak
tergempur oleh produk impor. Masyarakat sendiri tentunnya dituntut untuk
peduli terhadap produk lokal, agar usaha mereka dapat berkembang, salah
satu caranya dengan memakai batik produk lokal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih sudah mengunjungi blog kami
Silahkan tinggalkan pesan Anda