Jumat, 16 Maret 2012

Ekspor Salak

Salak Sukoharjo Dirintis Jadi Komoditas Ekspor
Wonosobo/ Rabu, 26 Oktober 2011
WONOSOBO – Salak asal Kecamatan Sukoharjo, Wonosobo, dirintis menjadi komoditas ekspor oleh Dinas Pertanian.

Program rintisan itu dilakukan secara bertahap untuk memenuhi kriteria kebijakan internasional WTO. Hal itu disampaikan I Made Redana selaku tim Survei Laborat Penyelamatan Hama Penyakit Tanaman Wilayah Temanggung saat berkunjung di Kecamatan Sukoharjo, kemarin.
Tim survei mendatangi tiga desa, yakni Plodongan, Kajegsan dan Sukoharjo. Mereka mengambil contoh salak untuk diteliti. Masing-masing desa diambil contoh sari 15 petani. Masing-masing desa diambil contoh dari 15 petani. Masing-masing petani menyerahkan 2-3 tandan salak seberat 2,5 klogram.
“Uji laboratorium ini untuk mengetahui kualitas buah dan hama yang ada unuk dijadikan daftar hama serta penyusunan program penanganan berkelanjutan,” ujarnya kemarin.
Dia menjelaskan, salak Sukoharjo sangat potensial untuk dikembangkan mengingat sumber daya petani sudah cukup memadai dengan menerapkan pola tanam yang sesuai dengan standard yang diterapkan.
Hanya saja masih dibutuhkan beberapa perbaikan, sehingga kualitas buah sesuai dengan keinginan pasar luar negeri. Secara spesifik, pasar luar negeri menginginkan kualitas salak yang baik, bebas zat kimia dan hama.
“Untuk mencapai target itu diharapkan petani bisa diajak bekerjasama dengan baik. Nantinya petani akan diajarkan pola tanam dan sistem pemeliharaan yang benar sehingga akan memberikan nilai lebih tinggi bagi petani,” jelasnya.
Selain mengambil contoh salak, tim juga melakukan wawancara kepada kelompok tani perihal tata laksana pemeliharaan dan cara penanggulangan hama yang dilakukan hingga proses pemasaran.
Berdasarkan hasil wawancara itu, disimpulkan pola pemeliharaan masih bersifat tradisional dan belum menggunakan sentuhan teknologi. Alur pasar pun masih cukup panjang, sehingga petani belum mampu menikmati keuntungan yang semestinya.
Sunaryo, POPT Kecamatan Sukoharjo mengatakan, tanaman salak sebenarnya relatif tahan terhadap serangan hama. Hingga saat ini, belum ada serangan hama yang mengganggu proses pembuahan atau mematikan tanaman. Namun hama kutu putih yang selama ini menyerang harus ditangani agar kualitas buah benar-benar bebas dari serangan hama. “Buah yang diekspor harus steril,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, proses rintisan itu memang cukup ketat dan membutuhkan waktu lama. I Made menambahkan, saat ini, program ekspor salak baru dilaksanakan di Srumbung Magelang dengan tujuan pasar China, karena wilayah Srumbung telah terlebih dulu melakukan rintisan tersebut.

(Sumber: Suara Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah mengunjungi blog kami
Silahkan tinggalkan pesan Anda